JAKARTA, 21 OKTOBER 2025 – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengungkapkan temuan mengejutkan mengenai masifnya korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja dengan modus scam online atau penipuan daring. Ribuan warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban, dan yang paling mengkhawatirkan, banyak di antaranya adalah Generasi Z dan bahkan lulusan S2 (Magister).
Data Kemlu ini menyoroti pergeseran profil korban TPPO, yang kini tidak lagi didominasi oleh pekerja berketerampilan rendah, melainkan juga menyasar kelompok terdidik yang rentan terhadap tawaran pekerjaan palsu bergaji tinggi.
Modus Operandi Scam Online
Para korban ini direkrut melalui tawaran pekerjaan palsu yang sangat menarik di media sosial atau platform job portal profesional.
- Pekerjaan Palsu: Korban dijanjikan pekerjaan bergengsi di bidang teknologi atau pemasaran digital di Kamboja dengan gaji fantastis.
- Perbudakan Digital: Setelah tiba, paspor mereka disita, dan mereka dipaksa bekerja sebagai scammer (penipu) yang tugasnya mengelabui target-target dari seluruh dunia. Jika gagal mencapai target, mereka akan dianiaya, disiksa, atau “dijual” ke sindikat lain.
- Jebakan Kelompok Terdidik: Sindikat TPPO sengaja menyasar Gen Z dan lulusan S2 karena mereka dianggap memiliki kemampuan bahasa asing dan literasi digital yang baik, yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan operasi scam yang canggih.
Langkah Penanganan Kemlu
Kemlu RI menyatakan telah bekerja sama intensif dengan otoritas Kamboja untuk memulangkan ribuan WNI yang menjadi korban.
- Koordinasi Khusus: Pemerintah telah membentuk tim khusus yang melibatkan Kemlu, Polri, dan Kementerian/Lembaga terkait untuk mempercepat proses identifikasi dan pemulangan korban.
- Peringatan Dini: Kemlu mengimbau masyarakat untuk sangat waspada terhadap tawaran kerja ke luar negeri yang tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, serta selalu memverifikasi legalitas perusahaan dan agen perekrutan.
Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa TPPO telah berevolusi menjadi perbudakan modern yang memanfaatkan kecanggihan teknologi dan menyasar bahkan kelompok masyarakat terdidik.













