JAKARTA – Pakar keamanan siber dan digital mengingatkan seluruh orang tua di Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman baru di dunia maya, yaitu penyebaran deepfake pornography. Tren kejahatan berbasis kecerdasan buatan (AI) ini dilaporkan kian marak dan secara spesifik menargetkan remaja.
Deepfake pornography adalah konten digital yang menggunakan teknologi AI untuk menempelkan wajah seseorang ke dalam video atau foto porno, menciptakan ilusi bahwa orang tersebut terlibat di dalamnya. Konten palsu ini sering digunakan untuk memeras, merundung, atau merusak reputasi korban.
“Teknologi deepfake saat ini sudah sangat mudah diakses, bahkan oleh pelaku kejahatan siber amatir. Korban utamanya adalah remaja, terutama perempuan, yang foto atau video pribadinya dicuri lalu dimanipulasi untuk tujuan jahat,” ujar Dr. Rudy Hermawan, seorang pakar forensik digital, dalam seminar daring, Jumat (21/11).
Dr. Rudy menekankan pentingnya edukasi digital di lingkungan keluarga. Orang tua didorong untuk membatasi penyebaran foto atau video pribadi anak secara daring, terutama yang menampilkan wajah secara jelas. Selain itu, korban dan keluarga didesak untuk segera melaporkan kejahatan ini kepada Direktorat Tindak Pidana Siber kepolisian.
Pakar siber juga mendorong pemerintah dan platform digital untuk bekerja sama dalam mengembangkan alat pendeteksi deepfake yang lebih canggih guna memblokir penyebaran konten ilegal tersebut secara cepat dan masif.














