SAN FRANCISCO, 15 Oktober 2025 – OpenAI, perusahaan pengembang di balik kecerdasan buatan populer ChatGPT, mengumumkan perubahan kebijakan besar yang akan merevolusi batasan konten di platform mereka. Mulai Desember 2025, ChatGPT akan mengizinkan pembuatan konten bertema dewasa dan percakapan yang bersifat erotika, tetapi dengan batasan ketat.
Kebijakan baru ini secara eksplisit memungkinkan pengguna dewasa yang telah terverifikasi untuk menghasilkan teks yang berfokus pada narasi, fiksi, atau percakapan yang bersifat eksplisit. Langkah ini diambil setelah melalui proses peninjauan panjang terkait kebebasan berekspresi dan permintaan dari komunitas pengguna dewasa.
Batasan Ketat dan Verifikasi Pengguna
OpenAI menekankan bahwa akses ke konten dewasa ini hanya akan tersedia bagi pengguna yang identitasnya telah diverifikasi secara ketat sebagai dewasa (usia 18 tahun ke atas). Proses verifikasi ini bertujuan untuk mematuhi regulasi perlindungan anak dan memisahkan lingkungan penggunaan bagi pengguna dewasa.
Meskipun konten erotika diizinkan, OpenAI tetap mempertahankan larangan keras terhadap:
- Konten Eksploitasi Anak: Semua bentuk materi yang melibatkan kekerasan atau eksploitasi seksual anak (Child Sexual Abuse Material/CSAM) tetap dilarang dan akan ditindak tegas.
- Kekerasan Non-Konsensual: Konten yang menggambarkan kekerasan seksual tanpa persetujuan (non-consensual sexual content) atau perundungan seksual.
- Representasi Ilegal: Konten yang melanggar hukum, seperti revenge porn atau doxing yang bersifat seksual.
“Kami mengakui adanya kebutuhan di kalangan pengguna dewasa untuk mengeksplorasi kreativitas dan narasi yang lebih luas. Namun, keamanan dan perlindungan, terutama bagi anak-anak dan terhadap konten kekerasan, tetap menjadi prioritas utama kami,” jelas CEO OpenAI dalam pengumuman resminya.
Perubahan kebijakan ini menandai pergeseran signifikan dalam lanskap AI generatif, di mana sebelumnya sebagian besar model AI besar memberlakukan filter konten yang sangat ketat untuk topik-topik sensitif. Namun, implementasi kebijakan ini pada Desember 2025 diprediksi akan memicu perdebatan sengit mengenai etika, tanggung jawab platform, dan tantangan teknis dalam verifikasi usia.