BONDOWOSO, 24 Oktober 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan dan meneguhkan semangat kebangsaan, masyarakat dan pemerintah daerah hari ini mengenang kembali salah satu peristiwa kelam perjuangan kemerdekaan, yaitu Tragedi Gerbong Maut Bondowoso tahun 1947. Tragedi memilukan ini menewaskan 46 pejuang kemerdekaan yang diangkut oleh Belanda dalam kondisi tidak manusiawi.
Sejarawan dan pemerhati budaya lokal, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi (jabatan disesuaikan), mengatakan bahwa Tragedi Gerbong Maut adalah simbol kekejaman kolonial Belanda sekaligus bukti pengorbanan tak ternilai para pejuang Indonesia. “Pada 23 November 1947, ratusan pejuang yang ditawan Belanda dipaksa masuk ke dalam tiga gerbong kereta api yang sempit dan tertutup rapat dari Bondowoso menuju penjara di Surabaya, tanpa air dan ventilasi yang memadai,” ujar Ade Ary, Jumat (24/10/2025).
Ade Ary menjelaskan, perjalanan yang seharusnya singkat tersebut berubah menjadi neraka. Panas yang menyengat dan minimnya oksigen di dalam gerbong mengakibatkan 46 pejuang gugur syahid karena kehausan dan sesak napas sebelum mencapai tujuan. Peristiwa ini mengguncang kesadaran publik internasional akan pelanggaran HAM yang dilakukan Belanda.
“Kisah 46 pejuang yang gugur dalam Gerbong Maut ini harus terus kita kenang. Mereka adalah martir yang berkorban demi tegaknya republik ini. Pengorbanan mereka mengajarkan kita tentang arti sejati dari persatuan dan kemerdekaan,” tegasnya.
Untuk menghormati jasa para pahlawan tersebut, pemerintah daerah dan veteran rutin mengadakan upacara penghormatan di Monumen Gerbong Maut Bondowoso. Peringatan ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat patriotisme, khususnya di kalangan generasi muda, agar tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa.














