JAKARTA, 16 Oktober 2025 – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengumumkan data mengejutkan terkait kerugian akibat kejahatan siber di Indonesia. Total kerugian yang tercatat pada tahun 2025 telah mencapai angka fantastis: Rp476 miliar. Menanggapi kondisi darurat ini, Komdigi menegaskan komitmen untuk meningkatkan pertahanan siber nasional melalui investasi besar pada teknologi Artificial Intelligence (AI) defensif.
Langkah ini diambil untuk memastikan Indonesia mampu menghadapi ancaman serangan siber yang kini juga dimotori oleh kecerdasan buatan, seperti AI Agentik.
Respons Terhadap Kerugian Rp476 Miliar
Kerugian yang mencapai hampir setengah triliun rupiah ini disumbangkan oleh berbagai jenis kejahatan, mulai dari ransomware, phishing, hingga modus penipuan canggih berbasis AI seperti catphishing dan deepfake.
Komdigi menilai bahwa metode pertahanan siber tradisional tidak lagi efektif melawan serangan yang kini semakin otomatis dan terkoordinasi. Oleh karena itu, strategi pertahanan harus menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan penyerang.
Memperkuat Keamanan dengan AI Defensif
Komdigi berencana mengintegrasikan AI defensif dalam sistem keamanan siber nasional dengan fokus pada dua ancaman utama:
- Deteksi AI Agentik: AI akan digunakan untuk mendeteksi dan menganalisis perilaku anomali yang dihasilkan oleh AI Agentik—program cerdas yang mampu melakukan serangan siber secara mandiri dan adaptif. AI defensif akan belajar dari pola serangan untuk mengisolasi ancaman sebelum mencapai target.
- Mitigasi Serangan Rantai Pasokan: AI akan memperkuat pengawasan terhadap serangan rantai pasokan yang diprediksi akan semakin masif dan kolaboratif. Tujuannya adalah memonitor integritas perangkat lunak dan hardware di seluruh ekosistem digital pemerintah dan vital nasional.
Komdigi berharap dengan investasi pada AI defensif ini, kerentanan sistem dapat berkurang drastis, sehingga mampu melindungi data sensitif dan menstabilkan ekonomi digital dari ancaman siber.